Sunday, 26 February 2012
Wednesday, 22 February 2012
Perjalanan
Aku merasa benar-benar putus asa..
Aku tahu dalam hidupku akan ada saat-saat ketika aku terluka, entah karena kebohongan dan ketidakpedulian, Bahkan sekarangpun, ketika banyak hal tidak berjalan seperti yang ku inginkan, aku merasakan kesakitan emosional yang luar biasa. Tapi aku berharap aku tidak pernah menyalahkan diriku sendiri atau orang lain atas rasa sakit itu..
Meskipun ini terdengar aneh, aku juga berusaha untuk tidak mendengarkan orang-orang yang akan membujuk untuk menghindari rasa sakit itu dan menunjukkan cara-cara untuk mengatasinya. Sebab menurutku, jika ku berusaha terlalu keras untuk mengatasi rasa sakit itu, maka akan makin penjang lagi waktu yang kubutuhkan untuk sembuh.
Luka itu tidak mengikuti keinginan kita, penyembuhan terjadi dengan cara dan waktunya sendiri..
Thursday, 16 February 2012
Secangkir Cokelat Panas
“Orang-orang yang paling bahagia mungkin tidak memiliki semua yang terbaik. Tapi mereka hanya berbuat yang terbaik dari apa yang mereka miliki.”
Sekelompok alumni yang sudah mapan dalam karir, sedang berbincang-bincang pada saat reuni dan memutuskan untuk pergi mengunjungi professor universitas mereka yang sekarang sudah pensiun.
Dalam kunjungan tersebut, pembicaraan berubah menjadi keluhan mengenai stress pada kehidupan dan pekerjaan mereka.
Profesor itu menyajikan cokelat panas pada tamu-tamunya. Ia pergi ke dapur dan kembali dengan cokelat panas dalam teko besar dan beberapa cangkir porselen, gelas, kristal dan beberapa cangkir yang biasa-biasa saja. Ada beberapa yang mahal, ada yang cantik dan mengatakan kepada mereka untuk mengambil sendiri cokelat panas tersebut.
Ketika mereka masing-masing memegang secangkir cokelat panas di tangan mereka, Professor itu berkata, “Lihatlah semua cangkir yang bagus, dan mahal, semuanya telah diambil, yang tertinggal hanyalah yang biasa dan yang murah.”
“Adalah normal bagi kalian untuk menginginkan yang terbaik bagi kalian semua, itu adalah sumber dari masalah dan stress kalian. Cangkir yang kalian minum tidak menambahkan kualitas dari cokelat panas tersebut.”
“Apa yang kalian inginkan sebenarnya adalah cokelat panas, bukan cangkirnya; tetapi secara tidak sadar kalian menginginkan cangkir yang terbaik, kemudian kalian mulai saling melihat dan membandingkan cangkir masing-masing.”
Profesor berhenti sejenak, lalu berkata, “Sekarang pikirkan ini: Kehidupan adalah cokelat panas; pekerjaan, uang dan kedudukan di masyarakat adalah cangkirnya. Itu hanyalah alat untuk memegang dan memuaskan kehidupan. Cangkir yang kau miliki tidak akan menggambarkan, atau mengubah kualitas kehidupan yang kalian miliki. Terkadang, dengan memusatkan perhatian kita pada cangkirnya, kita gagal untuk menikmati cokelat panas yang telah Tuhan sediakan bagi kita. Tuhan membuat cokelat panasnya, tetapi manusia memilih cangkirnya.”
Mana yang lebih penting? Cangkirnya ? atau Cokelat Panasnya?
Subscribe to:
Posts (Atom)