Monday, 30 January 2012

The Moon That Embraces the Sun 2


Payung Merah itu terbang turun ke arah Putera Mahkota, Hwon hanya bisa bengong melihatnya. Di sisi lain Kasim Hyung bersama dayang dan pengawal malah ketakutan. Dengan segera Kasim Hyung memerintahkan untuk menyingkirkan payung itu karena menyangka ada yang menggerakkannya secara misterius  Hwon berpikir mungkin ini adalah pertanda jika ia dan Yeon Woo bisa bertemu lagi.

Yeon Woo mendengar suara dan mengira Putera Mahkota mengirim pembunuh untuk menghukumnya. Hahhaha..  Yeon Woo jalan ke tembok dimana Yang Myung duduk tadi dan menemukan sebuah batu.
Batu Penyelesai Masalah.
"Apa yang menyusahkanmu sampai kau tidak bisa tidur? Coba bicara pada batu ini dan lihat apa yang terjadi. Batu pemecah masalah ini bisa memecahkan ratusan kecemasan. Dan akan menyingkirkan semua masalahmu. Kau seharusnya bisa tidur sekarang. Ini hadiah dari perjalananku." terlampir surat di batu itu dari Yang Myung. hahhaa.. entah kenapa Yeon Woo tidak terlalu senang menerima hadiah itu :)

Heo Yeom dan Woon latihan pedang. Seol, pelayan Yeon Woo diam-diam mengamati mereka, nantinya diceritakan bahwa Seol dan Heo Yeom saling menyukai, jadi sebernernya Seol ini mengamati cara mereka latihan, atau mengamati Heo Yeom? Woon menyadari kehadiran Seol, tapi dia diam saja :))

Di latihan itu Woon dengan mudah mengalahkan Heo Yeom. Seol mengeluh, kenapa Yeom kalah. Hahahaa.. Ya iyalah Woon kan baru dapet penghargaan Sarjana militer terbaik :). 
"Kemampuanmu sungguh diatas rata-rata. Sedangkan aku benar-benar tidak mempunyai bakat bertarung menggunakan pedang." Puji Yeom kepada Woon

"Aku sudah berlatih beberapa tahun tanpa perkembangan." lanjut Yeom mengeluh kepada dirinya sendiri.
"Apa anda tidak apa-apa, Tuan Muda?" Tanya Woon
"Aku sudah bilang beberapa kali, jangan memanggilku dengan panggilan Tuan Muda, tapi kau tetap melakukannya." Jawab Yeom. *Well, aku suka ini, persahabatan tanpa memandang status dan jabatan.*

"Pangeran Yang Myung belum juga datang, Padahal aku sudah merencanakan pertemuan ini lebih malam, tapi ia masih terlambat. lanjut Yeom. Sementara itu Yang Myung sendiri sedang melompati tembok. *hahaha.. memangnya di kediaman Yeom sama Yeon gak ada pintunya ya? seneng banget manjat tembok ;p*
Woon melihat Yang Myung melompati tembok. Tapi Yang Myung memberi tanda padanya untuk diam.
"Rasanya sepi tanpa Pangeran Yang Myung. Jika Pangern Yang Myung disini, tidak akan pernah ada hari yang tenang, sekarang hanya kita berdua dan rasanya benar-benar sepi." Keluh Yeom masih belum menyadari kalau yang Myung sudah ada di belakangnya.
"Jika aku tahu kalau kau begitu merindukan aku seperti ini. Aku tidak akan melakukan perjalanan ini." Balas yang Myung sambil tersenyum
"Yang Myung-gun!" seru Yeom
"Heo Yeom sayang! Selamat untuk kelulusanmu!!." Pangeran Yang Myung memeluk Yeom. *aku suka adegan ini. hahahha..*
Woon juga menyapa Yang Myung. Sama seperti yang dilakukannya pada Yeom, Yang Myung langsung merentangkan tangan juga untuk memeluk Woon.
"Kim Chae Woon...!!" Tapi Woon menghindar, membuat Yang Myung memeluk angin. Yang Myung cemberut. *Hhahahhaha*

"Tidak menyenangkan sama sekali." gumam Yang Myung. "Chae Woon, aku hanya bisa memberimu ucapan selamat setengah saja."
"Apa perjalanan anda menyenangkan?" Tanya Yeom
"Lebih dari menyenangkan." jawab Yang Myung
Yang Myung merangkul kedua temannya sambil berkata.
"Hanya untuk kalian, temanku. Aku punya oleh-oleh makanan enak."

Ketiganya jalan masuk untuk ngobrol dan minum bersama. Yeom langsung berkata kalau Yang Myung tidak datang tepat waktu. Namun Yang Myung berkata "Aku harus menemui orang yang aku sayangi terlebih dahulu, jadi aku terlambat. Maafkan aku." jawab Yang Myung bercanda lalu ia meraih tangan Yeom "Aku punya seseorang yang lebih kusayang daripada kau." hahhahaa..
"Sejak kapan anda mempunyai kekasih Pangeran? kenapa aku tidak pernah mendengarnya. Anda tidak memanjat tembok lagi, kan?" ahhaha.. Betuull!
"Mana mungkin, aku ini keturunan Raja. Bagaimana aku bisa memanjat tembok menemui seorang wanita? Lagipula dia adikmu. Bagaimana aku bisa?" Sangkal Yang Myung 

"Meskipun adik saya masih muda, pria dan wanita tetap berbeda. Waktu itu, saat anda menemuinya, bukankah anda dimarahi habis-habisan? Sudah dimarahi seperti itu, bagaimana anda berani menemuinya lagi?" Ucap Yeom mengingatkan. Hmm.. sepertinya Yang Myung sering melihat Yeon Woo diam-diam dan sering tertangkap basah juga.

Yang Myung memotongnya. "Aku tahu.. Aku tahu.. Aku mengerti dengan baik, jadi jangan membicarakan ini lagi."
"Kenapa aku tidak boleh bertemu Yeon Woo. Agar aku tidak kena marah atau jadi malu. Setiap kali aku menyebut tentang Yeon Woo, ekspresi wajah Yeom pasti jadi galak." Gumam Yang Myung pada dirinya sendiri tapi cukup jekas didengar Woon, sehingga tersenyum tipis. Yang Myung melihatnya dan langsung berkata,"Apa kau tadi tersenyum?" 
"Lihat, dia tersenyum" katanya kepada Yeom. Yang Myung bangga karena bisa membuat Woon tersenyum. "Balok es ini tahu bagaimana caranya tersenyum. Ini fenomena yang hanya kau lihat sekali seumur hidup." hahahah.. *persahabatan erat seperti ini, biasanya di drama salah satunya pasti ada yang berpisah :(, mudah2an engga yaa..*

Woon tersenyum tidak membuat Yeom berhenti mengingatkan Yang Myung agar tidak memanjat tembok lagi dan berkeliaran, kalau tidak, ia tidak akan diam saja. Pangeran Yang Myung mengerti itu.

Yang Myung memberikan oleh-oleh pada kedua temannya. 
"Ini jimat yang memberikan keberuntungan pada kalian di masa depan. Namanya batu ajaib. Apa kalian pernah mendengarnya?"
Yang Myung juga berkata kalau batu ini bagaikan dirinya, jadi mereka harus membawanya terus. lol
"Ini sedikit berat untuk dibawa-bawa." kata Woon 
"Benarkah? Kalau batu no.2 itu terlalu berat, aku akan ganti dengan batu no. 4."
*Yang Myung benar-benar menukar batu Woon dengan batu yang lebih kecil haha.. bener-bener bikin ngakak*
Tiba-tiba mereka terdiam.. lalu Yang Myung berkata "kalian telah menjadi anak buah Putra Mahkota." bergumam pada dirinya sendiri. *aahh jangan sedih Pangeran, sini aku temenin ;p*

Kata-kata ini berhasil membuat Heom dan Woon meletakkan batu mereka dan tampak murung.

Yang Myung ccepat menyadarinya dan berusaha memperbaiki suasana yang tiba-tiba murung dengan berkata "Heran, ada apa ini? Ayo, ayo, jika kalian sudah mendapatkan posisi, kita tidak akan bisa minum bersama seperti ini lagi. Malam ini, kita tidak akan pulang sebelum kita mabuk."
Raja Seong Jo menerima laporan dari para menteri. " Apa ini, apa aku harus memilih salah satu nama??"
Para menteri membenarkan. Mereka semua telah dipilih dari Sigangwon setelah berdiskusi dan mereka adalah calon paling bagus. *hhmm.. calon guru untuk Hwon*

Putra Mahkota sedang berpakaian dibantu para dayang. Kasim Hyung Sun masuk dengan sebuah daftar. mukanya benar-benar lucu saat mengatakan dia sudah memiliki bocoran tentang daftar pejabat junior atau calon guru untuk Hwon.
Tapi Kasian Kasim Hyung, bocoran yang di dapatnya sudah menjadi rahasia umum bagi Hwon. Hwon sudah tahu siapa mereka tanpa harus membacanya. bahkan saat Kasim membaca nama mereka satu persatu, Hwon ikut menyebutkannya dengan benar.
"Yun Si Won, Cho Byung Hun, Cho Chi Su..."
Kasim Hyung merasa heran "Anda sudah mengetahuinya?"
"Kau menganggap ini sebagai informasi? Sepertinya Nenek-ku berusaha keras. Tidak, mungkin yang berusaha keras adalah Yoon Dae Hyung." cemooh Hwon. *ini yang dimaksud si nenek sihir saat ngomong bonsai*

Hwon ingin tahu apa lagi yang ditemukan Kasim Hyung. Kasim berkata kalau mulai hari ini, ada satu orang baru yang ditunjuk sebagai guru literature. Sayangnya Hwon tidak peduli siapa orangnya, untuknya semua sama saja. menurutnya 8 atau 9 dari 10 orang rata-rata bodoh dan hanya kesini demi kekuasaan. *maksudnya jabatan hanya sebagai topeng*
Kasim Hyung mulai ketakutan. "Anda tidak bermaksud kalau anda akan membuatnya kehilangan posisi lagi bukan?"
"Aku belum bisa ikut terjun dalam dunia politik, jadi aku bisa apa?" Jawab Hwon sambil tersenyum nakal, lalu lanjutnya, "Aku hanya punya satu pilihan. Biarkan mereka melihat betapa sulitnya ini."
"Yang Mulia." Panggil Hasim Hyung cemas
"Kita lihat saja berapa lama guru baru ini akan bertahan."
PM Hwon jalan keluar diiringi Kasim dan dayang-dayangnya menuju ruang belajar. Para dayang yang kebetulan berpapasan memberi hormat dan mengagumi Hwon. Mereka bergosip berapa lama guru baru ini akan bertahan. Salah seorang dayang berkata, sebulan, guru itu akan mengundurkan diri dari posisinya dan tidak terpilih. Jika dayang itu kalah ia akan memberikan perhiasannya.

Tidak lama, Heo Yeom jalan melewati mereka. Para dayang terkesima dengan penampilan Heo Yeom. auranya terlihat memancar keluar. *hahaha.. agak lebay.. ;p*
Yeom memasuki ruang belajar Putera Mahkota. sementara Hwon sibuk sendiri dan tidak mempedulikan Yeom.
"Yang Mulia. Guru anda sudah tiba." Ucap Kasim Hyung
"Saya diperintah mengambil alih posisi guru literatur. Saya Heo Yeom." Yeom mengenalkan dirinya dengan sangat sopan dan penuh hormat.
Hwon masih cuek. Tapi tidak lama kemudian ia mengangkat wajahnya untuk melihat Yeom. Wajah Heo Yeom memancarkan sinar berkilauan. Hwon terpana melihatnya. Mulutnya sampai terbuka lebar. hahahha.. awas lalat ;p
Sementara di kediaman mereka Ny. Heo dan Yeon Woo menyulam bersama. Ny. Heo berkata kalau Yeom bertemu Putera Mahkota untuk pertama kalinya.
Yeon Woo terkejut. "Kakak pergi ke Sigangwon? Lalu, apa berarti kakak akan menjadi guru Putra Mahkota?"
"Karena kakakmu sudah menjadi Sarjana Sigangwon, itu wajar saja." Jawab Ibunya membernarkan
Yeon Woo bingung, jarinya tertusuk jarum dan Ny. Heo merasa cemas "Yeon Woo..apa kau terluka?"
"Tidak apa-apa, pikiran saya ada di tempat lain sekarang."
Ny. Heo mengeluh "Anak ini.. apa yang kau sedang pikirkan? Kau bisa membaca buku-buku sulit itu dengan cepat, tapi kau tidak bisa menyelesaikan sulamanmu."
"Apa mungkin ia tahu kalau aku adalah adik kakak?" Yeon Woo bicara sendiri. (maksudnya apa mungkin Hwn tau kalau Yeom itu kakak Yeon Woo..
"Kau bicara apa" Tanya Ny. Heo lagi-lagi masih heran
Yeon Woo cepat2 menjawab "Bukan apa-apa."
Yeon Woo ingat saat bersama Hwon, Yeon Woo berkata ia datang ke istana untuk melihat kakaknya mendapat gelar sarjana literatur terbaik.
Kembali ke Sigangwon, Kasim Hyung Sun meminta Hwon memberi salam pada gurunya. Tapi Hwon tidak menggubrisnya, ia tampak terkejut sekali. karena Yeom masih terlihat sangat muda.
"Berapa Usiamu?" Tanya Hwon
"Saya lulus Jihak dalam 2 th."
"Jadi... kau baru 17 th?" Putera Mahkota kita ini shock sekali. karena Jihak biasanya baru bisa di tempuh setelah berusia 15 Thn. Yeom ini benar-benar pintar. ((: adiknya saja pintar, gimana kakaknya :D
"Benar" Jawab Yeom dengan hormat.
"Dengan usia semuda ini, sepertinya orang yang mendukungmu memiliki kekuasaan besar." Ucapan Hwon ini membuat Yeom kaget.
Nenek Suri marah saat tahu Heo Yeom yang dipilih menjadi guru PM Hwon. 
(maaf, sekarang aku lebih suka menyebutnya Nenek suri :p) Ia tidak percaya karena Yoon Dae Hyung membiarkan anak itu duduk disana sebagai guru Literature dan mengajar Putera Mahkota.
Dae Bi Yoon Klan/ Nenek Suri "Apa kau tidak sadar betapa pentingnya posisi itu? Atau kata-kata ku seperti angin saja di telingamu?"
Dae Hyung menenangkan Ibu Suri, karena dia yakin Heo Yeom tidak akan sanggup mengendalikan PM Hwon. Ia akan mundur dengan sendirinya.
"Siapa dia? / siapa Heo Yeom.?" tanya Nenek Suri kemudian
"Heo Yeom adalah putra Penasehat khusus yang dipercaya Raja, Kepala Sarjana." Dae Hyung menjelaskan
"Apa kau belum mengerti rencana Yang Mulia? Yang Mulia telah mulai membentuk kekuatannya."
Ternyata Raja SeongJo ini tidak sekejam yang aku bayangkan, selain membuat Yeom sebagai pelayan bagi Putera Mahkota, ia juga ingin Yeom menjadi guru sekaligus teman bagi Hwon. Rencananya mungkin berhasil karena Yeom pintar dan umurnya tidak berjarak jauh dari Putera Mahkotanya.
Diruangannya Hwon marah-marah "17 tahun! Baru 17 tahun? Bagaimana Yang Mulia bisa mengirim anak itu sebagai guruku?"
Kasim Hyung Sun masuk "Yang Mulia, saya mendapatkan informasi lagi mengenai Heo Yeom. Dia adalah sarjana literatur terbaik tahun ini."
"Lupakan saja! Apa informasimu pernah akurat?" hahaha
Kasim Hyung masih berusaha meyakinkan Hwon "kali ini benar-benar tepat."
Lalu Kasim Hyung mulai mengoceh "Saat ia masih menjadi pelajar di Sungkyunkwan, Yeom sangatlah populer. Jika menginginkan penampilan, dia punya penampilan. Jika menginginkan pengetahuan, dia punya pengetahuan. Jika menginginkan kebaikan, dia punya kebaikan. Dia tidak memiliki satupun kelemahan. kau akan sulit menemukan kelemahannya Putera Mahkota,  Dia benar-benar idola para pelajar!"
Kemudian diceritakan bahwa Yeom memang benar-benar bersinar, sampai para pelajar terpesona. Saat Yeom tanya tempat duduk kosong, semua pelajar serta merta menyerahkan bangku mereka.
Saat waktu makan,  Yeom selalu mendapat porsi nasi paling banyak. Itu karena pelayan dapur menyukainya. Tidak peduli pria atau wanita, usia dan status, semua menyukainya.
Para ajumma, istri-istri Bangsawan, Gisaeng, dan pelayan wanita pingsan kalau melihat Yeom.
Bahkan saat ada preman yang menghadang Yeom karena cemburu, tiba-tiba jadi baik, memeluknya, bahkan mengajaknya berteman.
"Bukan hanya itu, literatur, politik, sejarah, astronomi dan hal lainnya. Dia mengerti segalanya dan ahli dalam segala hal. Singkatnya, tolong belajar dari orang yang sangat berbakat ini Putera mahkota" Lanjut Kasim Hyung.
"Tutup mulutmu! Tutup mulutmu! Tutup mulut di depanku! Aku tidak mau melihatmu lagi. Berbalik!" Hwon yang sudah kesal tambah murka mendengar penjelasan Kasim Hyung.
Kasim Hyung Sun ekspresinya lucu sekali, mukanya seperti akan menangis, lalu jalan beringsut-ingsut ke arah sdut dan berdiri dengan wajah menghadap tembok. hahahhaa.. kasian.
Malamnya, Yeon Woo masuk ke kamar kakaknya. Yeom tersenyum, "Apa sudah waktunya membaca? Apa yang harus kita baca hari ini?" ucap Yeom seraya akan memilih buku
Yeon Woo melihat wajah kakaknya penuh kecemasan.
"Apa yang terjadi di istana,? apa Yang Mulia menyusahkan kakak?" Tanya Yeon Woo ingin tahu
"Bukan seperti itu. Yang Mulia memberiku sebuah tantangan."
"Apa itu? tolong katakan padaku. Mungkin aku bisa membantu."
"Kau bersedia membatuku? sepertinya Putera Mahkota salah paham. Aku benar-benar tidak tahu bagaimana membuka pintu yang tertutup rapat ke dalam hati Putera Mahkota."
"Kesalahpahaman?" Tanya Yeon Woo lagi.
"Bukan salah paham biasa. Putera Mahkota tidak bisa menerima orang semudaku sebagai gurunya. Aku bisa mengerti itu..."
"kakak, itu bukan salah kesalahanmu."
Yeon Woo  berpikir dalam hati, mungkin karena dirinya. Yeom menyesal membuat adiknya cemas. "Tolong jangan cemas, kapal yang mendekati jembatan akan waspada dengan sendirinya." pinta Yeon Woo membuat Yeom heran.
"Kakak, apa kau ingin memenangkan hati Putra Mahkota?"
"Apa kau punya ide bagus?

Keesokannya, Hwon dan Yeom belajar sambil diam. Lalu tiba-tiba Yeom mengakhiri sesi pelajaran hari itu.
"Benar-benar orang tidak tahu malu. Kau tidak mengajar apapun, tapi tetap menerima gaji. Apa ini bukan tidak tahu malu?" Sindir Hwon

Yeom berkata ini karena ia merasa Putera Mahkota belum siap belajar. Jadi sebagai ganti pelajaran hari ini, Yeom ingin mengajukan teka-teki. Jika Putera Mahkota berhasil menebak dengan benar, ia akan mengundurkan diri. Tapi jika Putera Mahkota tidak tahu jawabannya Yeom mohon agar Putera Mahkota bersedia belajar dibawah bimbingannya.
"Jadi kau ingin membuat kesepakatan denganku? Baiklah, katakan teka-tekinya" jawab Hwon pada akhirnya
"Karena anda telah memerintah, maka saya akan mengatakannya. Apa yang bisa membuat dunia terang dalam sekejap dan apa yang bisa membuat dunia gelap seketika?"
"Ini mudah sekali.: Jawab Hwon langsung
"Tidak semudah itu."
"Itu hanya pikiranmu saja."
"Saya harap bisa mendengar jawaban anda di sesi berikutnya." pinta Yeom dengan hormat
"Setelah itu, aku tidak harus melihat wajahmu lagi." jawab Hwon

Putri Min Hwa sedang jalan di taman dan melihat para kasim membawa tumpukan buku ke arah kamar Putera mahkota. 
"kenapa mereka membawa buku dari perpustakaan? Apa mereka memindahkan semuanya ke istana kakak?" tanya Putri Min Hwa heran

Min Hwa langsung tertarik dan lari ke istana kakaknya. Dayangnya dengan susah payah membujuk dan mengingatkan sang Putri, kalau Ratu sudah menunggunya. Tapi Min Hwa tidak peduli.

"Kenapa ada banyak sekali buku, kapan kakak akan selesai membacanya?" Tanyanya penasaran setelah di dalam istana kakaknya.
"Min Hwa, aku tidak punya waktu untuk main denganmu. Jangan pedulikan aku dan kembalilah."
Min Hwa tetap ingin tahu dan heran melihat Kasim berdiri menghadap tembok. Ia mendekati Kasim Hyung lalu bertanya "Kenapa kau berdiri disini seperti ini?"
"Alasan mengapa saya berdiri seperti ini adalah karena Putra Mahkota memerintahkannya."
Lalu Kasim menjelaskan kalau Putera Mahkota sedang mencoba menyelesaikan teka-teki dari Sigangwon.
"Teka-teki apa?" tanya Min Hwa tertarik 
"Aku sudah minta kau untuk pergi." seru Hwon kesal
Putri Min Hwa mendesak Kasim. Akhirnya Kasim berbisik, "Apa yang bisa membuat dunia terang dalam sekejap dan apa yang bisa membuat dunia gelap seketika?"
Min Hwa berpikir sebentar, lalu menjawab dengan percaya diri : "Bukankah itu kelopak mata? Kalau kau menutup matamu seperti ini, maka dunia akan gelap seketika. Jika kau membuka matamu seperti ini, maka seluruh dunia akan menjadi terang." jawabnya riang sambil memperagakannya. Hihihi Puterinya lucu ((:
Kasim Hyung Sun merasa itu jawaban yang benar.
namun Hwon tidak setuju, ia malah memarahi adiknya. 
"Cara berpikirmu terlalu sederhana. Itulah mengapa aku tidak bicara denganmu. Kau menggangguku belajar, cepat pergi!" Usirnya, lalu melanjutkan membaca buku
Di hari berikutnya, Hwon belajar lagi bersama Yeom. Di saat yang bersamaan, Raja datang bersama rombongan mentri dan penasehatnya. Kasim Hyung Sun menyambut Raja, tapi ternyata Raja tidak ingin masuk dan hanya ingin mendengar dari luar.
"Jawaban yang benar adalah politik monarki." Hwon lalu mengutip ajaran Konghucu untuk menjelaskannya. 
"Monarki yang bisa membuat hidup manusia terang dan gelap dalam sekejap."
"Saya menyesal karena jawabannya tidak sama dengan jawaban saya."
PM Hwon terkejut. Lalu Yeom memberikan jawabannya. "Yang benar adalah kelopak mata." hahhaaa.. berarti Min Hwa benar!
"Kau mempermainkanku?" Ucap Hwon marah
"Jika Yang Mulia tidak puas dengan jawaban yang benar, lalu apa ini menjadi sebuah lelucon? tidak bisa menemukan jawaban dari buku apa anda pikir itu hal rendahan?" Jawab yeom membuat Kaget Hwon karena ia merasa di tegur di saat yang bersamaan.
"Jadi jawabannya adalah benar-benar lelucon ini?" tanya Hwon lagi dengan marah
"Dari sudut pandang seorang anak, semua hal yang hidup di dunia ini bisa menjadi pertanyaan, dan semua yang hidup di dunia bisa menjadi jawabannya.  Dalam proses belajar, ada dua hal penting yang harus diingat. 
Satu, adalah kesombongan karena tahu jawaban yang benar. Yang lainnya adalah, prasangka anda dalam menggunakan aturan anda untuk menentukan sesuatu. Kesombongan dan prasangka ini, akan menutupi mata dan pikiran dengan kegelapan" Jelas Yeom

Mendengar penjelasan itu Hwon langsung berdiri, ia tampak terkejut. Lalu teriak memanggil Kasim Hyung.
"Ya, Yang Mulia. Katakan perintah anda."
"Minta bagian dapur menyiapkan manisan." Jawab Hwon yang malah membuat kasimnya bingung.
"Tolong disiapkan tikar bambu dan makanan kecil di paviliun untuk duduk. Aku ingin ngobrol dengan guru setelah pelajaran udai untuk mempererat hubungan guru dan murid." 
Aha! Berhasil!

"Apa? Tapi..Yang Mulia."
Hwon merapikan sikapnya "Hari ini saya memberi hormat pada anda sebagai Pelajar untuk menerima pengajaran anda. Tolong maafkan ketidak-sopanan saya selama ini, dan terimalah hormat saya."
Hwon membungkuk ke arah Yeom.
Yeom terkejut, ia langsung berdiri dan balas menghormat pada Putera Mahkota. Kasim Hyung Sun terharu
Diluar, Raja SeongJo tampak puas "Sepertinya Putra Mahkota telah mendapatkan guru yang pantas untuknya." Ucapnya seraya berjalan pergi.
Penasehat Heo diam saja, tapi wajahnya tampak cemas. Sementara Yoon Dae Hyung tampak kurang senang.
Di istananya Min Hwa tertawa geli, ia bicara dengan Dayangnya
"Jadi dengan kata lain, kakakku, Putra Mahkota yang agung, Yang Mulia, benar-benar mengibarkan bendera putih pada Guru Literatur Sigangwon?"
Dayangnya menghela nafas "Tuan Putri, anda terlalu keras tertawa. Tolong turunkan suara anda.."
Tapi Putri tidak peduli, ia kagum sekali. 
"Benar-benar orang yang menarik. Aku harus melihat wajahnya dan memberinya hadiah."
Dayangnya panik "Tuan Putri apa anda ingin mencari Guru Heo?"
Min Hwa mengiyakannya, karena ingin mengatakan kalau sebenarnya ia berhasil menebak pertanyaan-nya yang sulit. Ia langsung keluar.

Puteri Min Hwa lari ke istana kakaknya dan melihat keduanya jalan menuju paviliun. namun saat melihat wajah Yeom, Min Hwa sangat terkejut. Apalagi tiba-tiba Yeom menoleh dan melihat Puteri Min Hwa. Karena panik, Min Hwa  langsung menyembunyikan wajahnya.

Setelah Yeom pergi, Min Hwa menoleh lagi dengan wajah kagum penuh cinta, dan dayangnya seperti mengetahui perasaan Puteri itu, hanya tersenyum maklum hahahha..
Hwon dan Yeom duduk di paviliun. Kasim Hyung Sun menyajikan teh dan beberapa makanan ringan. "Apa amda memang berencana mundur dari posisi guru literatur jika jawabanku benar?" tanya Hwon ingin tahu
"Benar, saya tidak berani menjilat ludah sendiri setelah membuat kesepakatan dengan Putra Mahkota." Yeom membenarkan
"Kukira kau seorang kutu buku. Tapi ternyata kau punya sisi kuat juga."
Yeom mengaku kalau sebenarnya ini ide adiknya. Adiknya yang sudah memberinya dorongan.

Jika terlalu banyak memuji untuk mendapatkan rasa hormat dari hati Yang Mulia, hal itu tidak akan berlangsung lama. Karena yang akan didapat bukanlah ketulusan, Tapi jika tulus, maka rasa hormat dari Yang Mulia akan muncul dengan sendirinya dan berlangsung selamanya. 
"Jika menjadi pejabat yang jahat kau akan mendapatkan hati yang munafik, maka lebih baik kau jadi pejabat yang setia dan memberikan jwaban dengan tulus. Putra Mahkota adalah orang yang bijaksana, meskipun dia saat ini salah paham dengan kakak, tapi ia akan mengerti kesetiaan kakak satu hari nanti. Jadi, kau harus kerja keras kak!"
Hwon benar-benar kagum mendengar cerita Yeom tentang adiknya, dan kekagumannya bertambah saat Yeom memberitahu bahwa usia adiknya baru 13 Tahun. Hwon terus mengajukan pertanyaan dengan heran tentang adik Yeom sehingga Kasimnya harus mengingatkan untuk minum teh sebelum dingin. 

Hwon membenarkan dan meminta Yeom mencicipi teh. Tapi Hwon juga berkata bahwa yang berhak mencicipi manisan gandum ini bukan Guru Yeom melainkan adik perempuannya. Karena sebenarnya yang menegur Putera Mahkota hari ini adalah adik guru Yeom.
Hwon menyuruh Kasim membungkus manisan gandum ini, karena ia ingin memberikannya untuk guru tersembunyinya. hahahaha..
Saat Hwon kembali ke istananya, ia tanya Kasim Hyung
"Apa gadis usia 13 th bisa benar-benar pintar seperti itu? Apa kau percaya ?" hahaha rupanya pangeran kita ini masih penasaran.
 "Jika itu adik Guru Heom maka saya percaya itu mungkin saja. Guru Heom juga baru 17 Tahun, dan sudah menjadi Sarjana terbaik." Jawab Kasim Hyung
Hwon tiba-tiba sadar, jika Guru Heom adalah lulusan terbaik, maka gadis itu.. adalah gadis yang ia temui waktu itu. Bingo!!
"Kenapa kau baru mengatakannya sekarang? Mengapa?" Hwon setengah membentak Hyung Sunk
"Saat saya ingin mengatakan pada anda waktu itu, Yang Mulia memerintah saya untuk tutup mulut.." jawab Kasim Hyung Sun bingung. Hehehe kasian..
Yeom memberikan manisan gandum itu pada Yeon Woo. 
"Ini dari Putra Mahkota, untuk diberikan padamu."
"kalau ini pemberian untuk guru, bukankah seharusnya untuk kakak?" Tanya Yeon Woo Heran.
Yeom berkata ia menceritakan pada PM kalau Yeon Woo yang membangkitkan keberaniannya dan memberikan jawaban jujur kepada PM.
"Apa? Lalu apa reaksinya?"
"Dia berkata kalau guru sebenarnya bukanlah aku tapi kau." jawab Yeom

Yeon Woo ingin tahu apa Putera Mahkota mengatakan hal lain, tapi Yeom menggeleng, tidak ada yang khusus.. Yeon Woo makin bingung. hahahha,,
Yeon Woo jalan keluar sambil membawa manisannya. Ia duduk di batang pohon dan melihat ke arah bulan. Kelopak bunga ceri mulai berguguran. Tiba-tiba Putera Mahkota berdiri di sampingnya.
"Apa kau berhasil menebak teka-teki yang kuberikan padamu?"
"Apa ana benar-benar Putra Mahkota?"
Yeon Woo berharap Hwon bukan Putra Mahkota. tapi Hwon hanya  tersenyum dan menyuruh Yeon Woo mencicipi manisannya. yang memang rasanya manis sekali.

"Dengan memberikan ini, apa artinya..anda sudah memaafkan saya? Atau anda mengancam saya? Katakan, apa artinya?" Tanya Yeon Woo.. ia pun kemudian tersadar bahwa ia hanya terimajinasi.
Yoon Dae Hyung berkumpul bersama beberapa menteri dan mereka mengeluh.
"Yang Mulia tidak bisa mengabaikan menteri berjasa seperti ini. Siapa yang sudah menyelamatkan Yang Mulia dari tangan anak buahnya yang memberontak di masa lalu? Yang Mulia bisa duduk di takhta sekarang ini karena siapa? bukankah karena Ibu Suri dan Menteri Personel?"
Mereka ingin menyingkirkan Heo Yeong Jae, karena setelah ia jadi Kepala Sarjana, 3 dept telah bersatu. Petisi yang mencela pejabat berjasa terus menerus dikirim ke istana. Ini membuat Yang Mulia juga terpengaruh. Sekarang putra Heo Yeong Jae diangkat jadi guru Putera Mahkota, maka ini berarti Yang Mulia akan menjadikannya berpengaruh di masa mendatang.
Yoon terlihat lebih santai "Jika kita kehilangan jabatan, maka kita akan mendapat jabatan lain. Jangan terlalu terburu-buru." 
*Inilah Istana, lengkap dengan segala intrik untuk mempertahankan kekuasaan. ckckc..*

Yoon Dae Hyung pulang dalam kondisi mabuk. Ia disambut istri dan putrinya, Bo Kyung. 
"Selamat datang, Ayah."
Yoon menatap putrinya lalu berkata. "Kau.. apa kau mau melihat istana Raja?"
" Apa?"
"Kalau kau mau, aku bisa membuatmu tinggal disana." jawab Dae Hyung kepada puterinya. lalu berjalan masuk sambil berbicara sendiri pada dirinya. "Ayah dari Ratu.. Ayah dari Ratu.." Ha???

Keesokan harinya, Yeon Woo mengajak Seol ke toko kertas. Seol heran kenapa tiba-tiba pergi mencari kertas surat.
"Nona? Apa anda ingin menulis surat?"
"Ini lebih dari surat, tapi juga refleksi dari kesalahan." jawab Yeon Woo
"Refleksi seperti apa sampai harus menggunakan kertas semahal ini. Apa tidak pergi saja menemuinya dan minta maaf?" Seol tidak mengerti
"Dia bukan orang yang bisa dengan mudah ditemui."

"Memangnya dia Ratu atau Putra Mahkota? Minta maf saja dengan perkataan atau biarkan ia memukul Nona beberapa kali sampai mereda kemarahannya." hahaha Kau benar Seol!
"Tidak masalah kalau aku kena pukul. Aku hanya takut ini akan menimbulkan masalah untuk kakak."

Saat menunggui Yeon Woo memilih kertas, Seol mendengar bunyi pandai besi yang berdenting-denting. Matanya tiba-tiba bersinar. Seol jadi  tidak sabar menunggu Yeon woo memilih kertas, ia malah meminta ijin pergi ke pandai besi sebentar saja. Yeon woo mengangguk dan Seol langsung lari keluar.
Tiba-tiba Yang Myung muncul dibelakang Yeon Woo,
"Apa kau benar-benar berbuat kesalahan pada mereka?"
*maksudnya Yang Myung ini salah ke Putera Mahkota dan Ratu ya? berarti dia udah lama dong disana?. hahahaha*
Sementara itu Nona Yoon Bo Kyung sedang jalan bersama pelayan yang bagiku nampak seperti pengasuhnya karena sudah terlihat agak tua. Seol yang sedang lari ke tempat pandai besi tanpa sengaja menabrak mereka.
"Nona.. nona!" pengasuh Bo Kyung panik dan sengan segera membantunya berdiri seraya memarahi Seol. "Apa kau tidak mempunyai mata?!"
Seol sangat ketakutan. Ia berulang kali minta maaf dan mencoba membantu membersihkan pakaian Bo Kyung.
"Singkirkan tangan kotormu." ucap pengasuh Bo Kyung marah
Bo Kyung dengan cepat sadar kalau banyak orang memperhatikannya. Bo Kyung langsung berkata pada pengasuhnya untuk melepaskan Seol. 
"Tidak apa-apa, Anak ini tidak melakukannya dengan sengaja." lalu ia berkata kepada Seol "Sepertinya kau tergesa-gesa, aku tidak apa-apa. Kau bisa pergi dan segera menyelesaikan urusanmu." katanya sambil tersenyum.
Seol sangat terkejut mendengar ia dimaafkan, tapi dengan cepat ia langsung membungkuk dan berterima kasih pada Bo Kyung.
Kemudian Bo Kyung dan pengasuhnya melanjutkan perjalanan menuju tempat perhiasan untuk mengambil perhiasan yang telah dipesan sebelumnya. Saat akan membayar, Pengasuh Bo kyung tidak menemukan kantung uangnya.
"Ada apa?" tanya Bo Kyung heran jarena pengasuhnya tampak kesal, tapi pengasuhnya malah memintanya tidak pergi kemanapun dan menunggunya karena dia akan mengejar anak itu.*Pengasuh Bo kyung menyangka Seol mengambil kantong uangnya saat bertabrakan tadi.*

Setelah pengasuhnya pergi, Bo Kyung tanpa sengaja menemukan kantung uang pelayannya di tanah. ternyata kantung uang itu bukan hilang tapi hanya terjatuh. Bo Kyung mengambil kantung itu dan seperti segera ingin memanggil pengasuhnya, tapi ia membatalkannya dan tersenyum licik. *ckckkc ayah dan anak sama saja*

Seol sedang asyik melihat pandai besi bekerja. Paman yang bekerja di pandai besi itu meminta Seol menjauh 
"Disini berbahaya, pindahlah sedikit kesana."
Bukannya segera pindah, Seol malah bertanya "Paman, apa kau menjual pedang seperti yang sering dipakai para pendekar?"

Tiba-tiba pelayan Bo Kyung muncul dan menariknya hingga Seol terjatuh.. 
"Kenapa seperti ini?" tanya Seol heran.
"Kembalikan kantong uangku" jawab pengasuh itu marah.
Seol tidak mengerti "Kantung uang apa?"
"Kau pura-pura membersihkan baju dan mengambil uang kami kan?" Pelayan itu menuduh Seol sengaja mengambil kantong uangnya lalu ia mulai memukuli Seol.

Bo Kyung muncul dan menghentikan pelayannya dan berbisik marah.
"Ada banyak orang yang melihat. Apa yang kau lakukan?"
"Percayalah pada saya Nona, saya benar-benar tidak mencurinya." Seol memohon pada Bo Kyung
Bo Kyung kemudian berlutut dan berbisik ke Seol "Benarkah? Kau bilang kau tidak bersalah, ya kan?"
"Ya."
"Kalau begitu.. buktikan! buktikan kalau kau bukan pencuri".

Sementara itu di toko kertas Yang Myung berkata agar Yeon woo tidak membeli kertas berpola bunga jika ingin menulis surat permintaan maaf untuk Raja. Atau jika untuk Putera Mahkota lebih baik dipilih bersama karena Yang Myung adalah kakak putera mahkota dan tau mana jenis kertas yang disukai Putera Mahkota.
Yeon Woo diam saja, tidak memperdulikan Yang Myung. Dia malah keluar akan mencari Seol.
Yeon Woo jalan ke tempat pandai besi. Tiba-tiba hujan turun, Yeon Woo tidak refleks berlari, malah menadahkan tangannya. Setelah hujan mulai deras dan Yeon Woo akan berlari, Yang Myung tiba-tiba muncul dibelakangnya sambil memayungi kepala Yeon Woo dengan tangannya.

Yeon Woo terkejut yang dibalas Yang Myung dengan tertawa, keduanya lari mencari tempat berteduh. Yang Myung mengajak Yeon Woo ke sebuah rumah. Yeon Woo terpesona, ia belum pernah melihat rumah yang seperti ini sebelumnya. 
"Ini rumah kebun." kata Yeon Woo
"Kau sudah tahu."
"Aku pernah membaca dan melihatnya di dalam buku, tapi ini pertama kalinya melihat langsung."
"Jendela dirumah ini menggunakan kertas minyak, jadi cahaya bisa masuk dan bisa menghalangi angin." Ucap Yang Myung menjelaskan.
"Apa anda membangunnya sendiri.?"
"Ini adalah hasil karya salah seorang keluarganya yang tidak punya kerjaan."
Jawaban itu membuat Yeon Woo ingat kata-kata Hwon kalau kakaknya tidak boleh membuat apapun sendiri.
"Berkat kebaikan orang itu, aku kadang meminjam rumah ini. Tempat ini lumayan untuk mengeringkan baju, ya kan?" kata Yang Myung sambil tersenyum lebar."Kenapa anda tidak belajar di Jong Hak-dang?"

Bukannya menjawab pertanyaan Yeon Woo, Yang Myung malah mengambil pot bunga krisan kecil dan berkata "Lihat ini, Yang Mulia benar-benar menyukai bunga krisan jenis ini. Jadi, setiap kali ada perjamuan, mereka akan menggunakan bunga ini."
"Orang seperti apa Raja itu?" Tanya Yeon Woo ingin tah
"Bagaimana aku mengatakannya ya? Yang Mulia adalah seorang Penguasa. Dan dia selalu memikirkan rakyat dan negara ini."
Flash-back,
Raja SeongJo sedang memarahi Yang Myung. 
"Kau benar-benar tidak tahu malu. Sebagai anak tidak resmi Raja sepertimu, apa dasar yang kau miliki untuk belajar menjadi Raja?" *maksudnya Raja, anak selain dari permaisurinya bukanlah anak resminya dan tidak boleh belajar tentang hal-hal yang berkaitan dengan pendidikan calon raja*
Terlihat di adegan itu Yang Myung kecil tertunduk lesu dan sedih.
"Meskipun ia sangat tegas, tapi dia juga punya sisi yang sangat penyayang."
Itu terjadi saat Kasim mengumumkan kedatangan Putera Mahkota kecil. Berbeda dengan yang dikatakannya pada Yang Myung, Raja tampak sangat gembira melihat Hwon kecil.  
"Kudengar Putera Mahkota sudah belajar banyak pengetahuan dalam waktu singkat. Aku harus memberi penghargaan pada guru yang telah mengajar Putera Mahkota dengan sangat baik."
Putera Mahkota Hwon tersenyum lebar, ia juga melihat ke arah Yang Myung. Yang Myung kecil yang habis dimarahi memaksakan diri tersenyum pada adiknya. :((
"Terus terang, Putera Mahkota memang benar-benar pintar."
"Apa anda tidak harus pergi ke istana? mungkin ada yang merindukanmu disana." tanya Yeon Woo
"Siapa yang akan menungguku?"
"Putra Mahkota, Yang Mulia.." jawab Yeon Woo
"Yang Mulia dan semuanya sangat sibuk. Mereka tidak punya waktu menemuiku." Yang Myung ketawa karena tidak percaya ucapan Yeon Woo"Untuk orang seperti anda yang bisa menulis puisi, apa mungkin kalau anda tidak tahu apa itu kerinduan? Jika anda terlalu rindu, maka akhirnya akan jadi penyakit. Sebagai Pangeran, bagaimana anda bisa memanjati tembok?"
P. Yang Myung mendekatkan wajahnya ke Yeon Woo
"Jadi, kau seharusnya bisa mengerti mengapa aku memanjat tembok, ya kan?" Yeon Woo terkejut, ia memalingkan wajahnya "Itu dua hal yang berbeda.."
"Bagaimana bisa berbeda?"
"Sebaiknya anda tetap pergi ke istana untuk memberi hormat." kilah Yeon Woo yang semakin membuat Yang Myung tertawa geli. sementara Yeon Woo heran, karena ia merasa benar.

Yang Myung senang karena Yeon Woo bisa memandangnya dan ngobrol lama dengannya. lalu ia menjentik dahi Yeon Woo "Terima kasih untuk nasihatnya. Tapi kau harus fokus pada dirimu sendiri." hehehe..
Seol disiksa oleh pelayan-pelayan Bo Kyung. semantara Bo Kyung duduk sambil membaca, ia bicara sendiri. "Salah sendiri kenapa kau tidak membuka mata lebar-lebar saat jalan. Kau sudah mengotori baju kesayanganku, apa kau pikir kau akan baik-baik saja? Itu kesalahan besar!"

Yeon Woo dan Yang Myung yang mencari Seol  di tempat pandai besi terkejut saat  mendengar kalau Seol dituduh mencuri uang milik Menteri Personel dan akan diseret ke kantor pemerintah untuk dicap wajahnya dengan besi panas.
paman pandai besi itu menambahkan "Tapi karena Nona keluarga itu datang, sekarang ia dibawa ke kediaman mereka."
Kasihan Seol.. ia sudah terbaring berlumuran darah dan sudah tidak berdaya lagi, saat Yeon Woo tiba di kediaman mereka 
"Seol!" teriak Yeon Woo seraya berlutut dan membelai kepala Seol.
"Nona...". jawab Seol lirih
"Kau tidak apa-apa? Kau baik-baik saja??"
Yeon Woo lalu berdiri dengan marah dan menegur Bibi itu.
"Apa yang kalian lakukan? Meskipun ia berbuat kesalahan, bagaimana kau bisa memukuli orang seperti ini?"
Bo Kyung mendekat "Ada ribut-ribut apa?"
"Maafkan ketidak-sopanan saya. Saya putri Penasehat khusus Kepala Sarjana, Heo Yeon Woo. Saya dengar pelayan saya mencuri uang anda. Pasti ada kesalahpahaman.." Jawab Yeon Woo segera mengenalkan diri

"Apa yang kalian lakukan? Bukankah aku sudah memerintahkan untuk mencari tahu kebenarannya? Siapa yang mengijinkan kalian semua memukuli orang tanpa alasan?" 
*ini beneran loh Bo Kyung yang ngomong.*

Tidak hanya Seol yang bingung melihatnya. Pelayan Bo Kyung juga heran
"Bukankah Nona tadi berkata, kalau kami bisa memukulinya dengan kejam semau kami, selama dia tidak mati?" 
Bibi pengasuh Bo Kyung juga tampak tekejut tapi mengerti maksud ucapan Bo Kyung dan segera menutupinya.  "Maafkan saya nona,  Anda sudah meminta saya membebaskan orang ini, tapi saya.."
"Kau salah orang, ya kan?"

Pengasuh itu mengerti, lalu ia membungkuk pada Yeon Woo
"Maafkan saya. Ini karena bagaimanapun saya telah bertanya padanya, ia tidak mau mengatakan ia dari kediaman mana.."
Bo Kyung jalan ke depan Yeon Woo dan berkata kalau pelayannya tidak tahu apa-apa.
"Kau seharusnya mengerti, kalau benar-benar tidak mudah mengajar pelayan rendahan. Masalah seperti ini tidak akan mudah untuk dirubah. Dari yang kulihat, sebelum dia melakukan kesalahan yang lebih besar, kau seharusnya menjualnya."
*Ckckkc, Bo Kyung ini masih kecil, tapi sudah sangat pintar bermuka dua*
Yeon Woo janji akan mengembalikan uang Bo Kyung yang hilang secepatnya. Tapi Bo kyung beranggapan tidak perlu menggantinya karena ia telah tanpa sengaja menyakiti Seol jadi mereka impas. Namun, Yeon Woo tidak setuju dengan pandangan seperti itu, ia berkata kalau Seol bukanlah barang yang bisa dibeli atau dijual. 

"Dia (Seol) adalah teman dan keluargaku."
"Apa??" Bo Kyung terkejut mendengarnya. 

Dan seperti tidak perduli dengan keterkejutan Bo Kyung, Yeon Woo terus melanjutkan kata-katanya "Seharusnya tidak boleh ada batas pemisah antara kaum bangsawan dan rakyat jelata. Tapi, dalam kepribadian orang, ada yang terhormat dan ada yang rendahan. Meskipun saya tidak tahu berapa besar uang anda yang hilang hari ini, itu tidak bisa dibandingkan dengan jumlah luka di hatinya?"
"Apa katamu?" Ucap Bo Kyung tidak percaya dengan apa yang di dengarnya
"Karena anda sudah mengampuninya, saya akan mengambilnya. Saya akan membawanya pergi." lalu
Yeon Woo membantu Seol berdiri dan memapahnya pulang.
Bo kyung hanya berdiri mematung dan merasa marah pada Yeon Woo.
Di sesi belajar berikutnya, Yeom memberikan hadiah dari Yeon Woo pada Hwon berupa tabung bambu yang berisi tanah dan juga surat. Yeom berkata bahwa itu adalah hadiah balasan untuk manisan gandum yang telah diberikan kepada adiknya.

"Sepertinya tanaman untuk ruangan, apa yang ditanam di dalamnya?" tanya Hwon
"Saya tidak mengetahuinya Putera Mahkota, Sepertinya benihnya diambil dari rumah kebun seorang kenalan. Dan apapun itu pasti tumbuh dengan baik."
Hwon sangat menyukai hadiahnya. Jadi Yeom ingin mulai pelajaran,  Hwon malah bertanya seperti apa adik Guru Heo itu. hahahhaa..
Yeom menjelaskan kalau ia belajar bersama adiknya setiap malam. Ia bisa membaca teori untuk berbagai masalah dengannya.
"Anda membaca buku dengan adik anda?"
"Benar, sejak kecil dia suka membaca. Dia punya banyak hal yang berharga untuk saya pelajari." Yeom membenarkan 
Hwon dengan muka lucu mulai mengeluh "Ini benar-benar sangat berbeda dari adikku, Min Hwa. Anak itu bahkan hanya tahu baris pertama dari 1000 Karakter Klasik. Dan dia suka sekali menangis."
Tiba-tiba pintu terbuka dan Puteri Min Hwa masuk sambil menangis keras. Hahhaha..
"Min..Min Hwa, kau.." Hwon Shock =))
"Kakak. aku membencimu. Kenapa kau mengatakan hal seperti itu didepan Guru Heo.. Aku sangat membencimu!" teriak Min Hwa sambil terus menangis
*hahhaa.. aku ngakak liat adegan ini, Min Hwa benar-benar jatuh cinta pada Yeom =))*
Min Hwa lalu berlutut dan memegang wajah Heo dengan kedua tangannya. 
"Saya tidak suka menangis, saya Puteri yang sangat sopan. Saya hampir menyelesaikan menghafal 1000 Karakter Klasik." Min Hwa membela diri, tapi dengan keadaan masih menagis ;))
Heo Yeom terkejut dan mencoba menghibur Puteri Min Hwa
"Saya mengerti, saya mengerti perkataan anda. Jadi, jangan terlalu marah. Jika anda terus seperti ini, maka pipi cantik anda akan terlihattidak bagus" Ucapan Yeom membuat Min Hwa serta merta menghentikan tangisnya,
"Aku.. cantik? Apa menurutmu aku benar-benar cantik?"

Para dayang istana yang seharusnya mengawal Min Hwa segera masuk dengan perasaan malu, mereka dengan susah payah menarik sang Puteri keluar dari ruangan belajar itu. Tapi Min Hwa yang ditarik keluar masih sempat menoleh ke arah Yeom dengan pandangan penuh cinta. hahhahaa..

Setelah sesi belajar selesai, Hwon membuka surat dari Yeon Woo dan terkesima dengan penampilan surat itu. Ditulis dengan indah serta dihias dengan bunga-bunga kering yang rapi dan cantik
Hwon lalu memanggil Kasim Hyung
"Lihat surat ini, Bagaimana orang lain bisa percaya dengan mudah kalau ini adalah kemampuan menulis gadis yang baru berusia 13 tahun?"

Kasim Hyung mendekat seraya berkata "Tidak banyak gadis yang mengerti karakter Cina, dan lagi bisa memiliki kemampuan menulis dengan bagus. Tapi apa isi suratnya?" jawab Kasim sambil melirik surat itu, berusaha untuk membaca isinya.
Hwon segera mendelik tajam ke arah kasimnya, yang membuat kasim Hyung jalan beringsut-ingsut ke pinggir ruangan. hhahahaa.. Kasim Hyung dihukum menghadap tembok lagi ;p
Surat itu, adalah hasil kerja Yeon Woo bersama Seol. Mereka mencampur macam-macam bunga dan pewarna alami untuk mendapatkan warna kertas yang sesuai. Keduanya gembira dengan hasilnya. Dan dimalam harinya, Yeon Woo menulis surat dibantu Seol yang menempelkan bunga-bunga kering ke surat itu.
Saat Hwon membacanya ia mengetahui surat itu adalah puisi Lee Gyu Bo, isinya :
Seorang pertapa gunung menginginkan cahaya bulan di sebuah sumur,
Dia mengambil airnya dan memasukkannya ke dalam botol.
Dan saat ia kembali ke kuil, ia sadar,
jika botol itu ditumpahkan, bulan akan lenyap.
Kenapa anda terus memikirkan kesalahan seorang gadis muda?
Mohon maafkan apa yang terjadi di Gedung Bulan Perak.
Saya sekarang mengaku salah.

Hwon berdecak kagum karena Yeon Woo meminta maaf, berarti dia berhasil memecahkan teka-teki yang diberikan oleh Hwon. "Dia memintaku untuk melupakan-nya saat aku berpikir betapa pintarnya dia, tapi ternyata dia benar-benar bodoh."
"Bagaimana aku bisa melupakanmu?" Hwon bicara sendiri sambil memandang pot berisi tanah pemberian Yeon Woo

 
Raja SeongJo jalan bersama rombongan. saat  Puteri Min Hwa tiba-tiba lari-lari ke arahnya. Dayang-dayang Min Hwa ketakutan dan berusaha menghentikan Puteri.

"Abamama! Ini Puteri. Min Hwa... Apa abamama sehat hari ini?" *Abamama=Ayah*
Raja tersenyum geli menyambut Min Hwa dan berkata "Karena melihat Puteri Min Hwa-ku, maka tidak ada penyakit. Tapi Puteri, kenapa kau pergi ke Daejeon?"
"Aku ingin belajar sastra juga." Min Hwa mengakui dengan terus terang 
"Apa Putri sudah mulai jatuh hati pada pelajaran?" Raja terkejut
Lalu dengan terus terang yang kedua kalinya, Puteri Min Hwa mengatakan dirinya ingin belajar seperti sang kakak bersama Guru Heo. Raja shock sekali dan berusaha menjelaskan kalau itu tidak boleh. karena guru untuk Putera mahkota dan Puteri itu sangat berbeda. 

Dan tebak reaksi Min Hwa.....
Yap, sang Putrei langsung menangis keras. 
"Saya tidak mau itu, saya harus belajar dari Guru Sastra Heo!" teriak Min Hwa lalu berjalan pergi, masih dengan menangis keras. membuat Raja menghela nafas panjang.
Di hadapan mentri dan para penasihatnya, Raja SeongJo berkata bahwa ia ingin mencarikan teman belajar untuk putrinya. Raja tahu ini tidak biasa dilakukan, tapi hal ini bisa memudahkan Puteri untuk belajar.
"Tolong cari seorang guru pembantu yang bisa membantu Putri belajar, seorang anak yang sebaya dengannya. Apa ada seorang gadis bangsawan atau anak dari pejabat istana yang bisa direkomendasikan?"
Seorang menteri berkata kalau dilihat dari usia dan karakter moral, putri Menteri Personel sangat pantas direkomendasikan. Raja langsung menyetujuinya. Tapi dia juga ingin putri Kepala Sarjana Heo datang ke istana untuk teman belajar. 

kata-kata sang Raja Ini membuat penasihat dan mentri saling berpandangan dengan mata penuh tatapan politik..
Malam hari di kediaman Heo, Heo Young Jae memanggil putrinya, ia mengatakan kalau Yeon Woo harus menjadi teman belajar Tuan Puteri. Setiap 3 hari sekali harus masuk ke istana dan main dengan Tuan Putri. Juga mendengarkan ajaran dari Yang Mulia Jung Jeong/Ratu.
"Apa kau ingin mencobanya?" Tanya penasihat Heo pada puterinya
"Memasuki istana?" tanya Yeon Woo
"Apa Kau tidak mau?" tanya ayahnya..
"Bukan itu.. "
"kalau kau tidak mau, tidak usah pergi.. aku akan mengatakannya kepada Yang Mulia" jawab ayahnya.
Tuan Heo berdiri merenung di halaman. Ny. Heo menemuinya, ia heran kenapa suaminya belum istirahat. Kenapa? apa Yeon Woo tidak ingin menjadi teman belajar?
Tuan Heo berkata kalau Yeon Woo setuju.
Ny. Heo heran, lalu kenapa kau seperti ini?

Tuan Heo cemas "Istana adalah tempat yang perlu kehati-hatian untuk setiap langkah yang kau ambil. Kedua anak kita akan ada di tempat seperti itu, aku benar-benar cemas."
"Bukankah ini hanya untuk menemani Tuan Putri? Tidak perlu cemas berlebihan." Istrinya menghibur
"Dia tidak tahu apa politik itu. Aku hanya merasa tidak ingin. Sangat tidak ingin."
Ny. Heo berkata kalau Yeon Woo memiliki takdir tinggi, seseorang pernah mengatakan kalau ia akan mempertaruhkan hidupnya untuk melindunginya.
Tuan Heo terkejut "siapa?"
"Ada, jadi jangan terlalu cemas. Kau seharusnya pergi istirahat."
Shaman Jang Nok Young mengunjungi makam Ah Ri
"Apa kabarmu? Aku minta maaf, kalau aku tidak bisa sering datang dan menemuimu."
"Katakan padaku, Ah Ri. Siapa anak yang harus kulindungi?"
Ratu Han menghadap Nenek Suri, ia merasa cemas tentang Puteri Min Hwa. Nenek Suri meminta Ratu tidak perlu cemas, Min Hwa berasal dari keluarga yang penuh dengan sarjana, dia juga memiliki pemikiran mendalam. Di saat yang sama seorang Dayang melapor kalau Guk Mu telah tiba di ibukota. Nenek Suri sangat senang mendengarnya.
Ratu Han tanya apa nenek Suri ingin minta doa. Ibu Suri berkata kalau alasannya memanggil Guk Mu adalah karena ia ingin Guk Mu melihat fengshui wajah kedua gadis yang akan dijadikan teman belajar Puteri.
"Kenapa Yang Mulia ingin melihat fengshui wajah kedua teman belajar Puteri?" Tanya Ratu Han
"Bagaimanapun, mereka adalah anak-anak yang akan masuk ke istana. Kau harus hati-hati, sangat hati-hati. Diantara mereka, mungkin salah satunya akan menjadi istri puteri mahkota" Jawab nenek Suri sambil tersenyum
Ratu Han terkejut  "Apa?"
"Kelak tanggung jawab Ratu akan semakin besar." Jawab Nenek Suri sambil tertawa, tapi terlihat Ratu Han tidak terlalu senang dengan ucapan tersebut.
Rombongan Peramal berbaris rapi menuju istana. Peramal kecil yang diselamatkan Yang Myung itu jalan dengan riang disamping tandu Shaman Jang Nok Young.
Rombongan mereka tiba di depan gerbang istana dan Nok Young jalan keluar. Bersamaan dengan itu, rombongan Yeon Woo juga tiba dan Yeon Woo keluar dari tandu.
Nok Young melihat Yeon Woo dan membeku. Seketika Nok Young ingat kata-kata Ah Ri "Meskipun berada di dekat matahari akan memancing bencana, tapi takdir memaksanya berdiri disamping matahari dan melindunginya. Pastikan kalau anak itu selamat. Lindungi dia demi aku."
Beberapa saat kemudian, tandu Bo Kyung juga tiba. Bo Kyung jalan keluar. Nok Young terkejut melihat Bo Kyung. Nok Young melihat ada aura bulan memancar dari Bo Kyung, tapi sinarnya tampak gelap.
Dua bulan...??

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...